Strategi Pembelajaran


Konsep pembelajaran ketika dikaitkan dengan administrasi, keduanya sama-sama menyelenggarakan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan. Kerja sama disini terdiri dari dua aspek yaitu substantif (utama) dan administratif (penunjang). Dalam kegiatan pembelajaran, aspek substantif terdiri dari komponen yang terlibat langsung dalam pembelajaran seperti pendidik, peserta didik, sarana dan prasarana. Sedangkan aspek administratif terdiri dari komponen penunjang pembelajaran seperti tenaga kependidikan. Meskipun aspek administrasi hanya sebagai komponen penunjang, peranannya dalam pembelajaran tidak dapat dikesampingkan. Karena ketika kegiatan pembelajaran tidak dibarengi dengan kegiatan keadministrasian maka pembelajaran tidak akan berjalan dengan maksimal. Begitupun sebaliknya, ketika kegiatan administrasi dilaksanakan dengan baik, tetapi kegiatan pembelajaran dilakukan secara asal, maka tujuan dari pembelajaranpun tidak akan tercapai dengan maksimal.
Untuk mengawal kegiatan pembelajaran dibutuhkanlah strategi yang ditujukan kepada pendidik dan peserta didik khususnya dengan memanfaatkan sarana dan prasarana serta dukungan dari tenaga kependidikan. Strategi pembelajaran haruslah dimiliki oleh pendidik maupun calon pendidik. Hal tersebut sangat dibutuhkan dan menentukan kualifikasi atau layak tidaknya menjadi seorang pendidik. Karena kegiatan pembelajaran memerlukan ilmu, keahlian dan seni guna menyampaikan materi kepada peserta didik dengan efektif dan efisien sesuai tujuan pembelajaran.
Startegi pembelajaran terdiri dari banyak macam. Tetapi kali ini, saya akan memilih tiga  strategi pembelajaran yang menekankan peran aktif pendidik (Strategi Pembelajaran Ekspositori/SPE), peran aktif peserta didik (Strategi Pembelajaran Inkuiri/SPI) dan peranan dari pendidik serta peserta didik dalam mengkaitkan konsep pembelajaran dengan kehidupan (Strategi Pembelajaran Kontekstual). Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan sebagai berikut :
1.      Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi ini dapat menjadi alternatif utama ketika ditemui situasi dimana materi pembelajaran banyak sedangkan waktu yang tersedia sedikit. Penerapan SPE pendidik dapat mendominasi kegiatan pembelajaran dengan menyampaikan materi berupa teks, video, rekaman suara/lagu, PPT, dan lain sebagainya.
SPE merupakan sebuah strategi pembelajaran langsung yang dirancang khusus untuk menunjang kegiatan pembelajaran peserta didik terkait dengan pengetahuan deklaratif dan procedural yang terstruktur dengan baik. Strategi ini menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang pendidik kepada peserta didik agar mereka dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Pembelajaran disini lebih berpusat kepada pendidik karena memiliki peran dominan dalam pembelajaran.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan ciri-ciri dari SPE, diantaranya :
a.    Berpusat pada pendidik/teacher center learning (TCL)
b.   Alat utama penerapan strategi adalah pendidik sendiri melalui penyampaian materi secara verbal, dan
c.    Sudah adanya materi pelajaran berupa data atau fakta
   Penggunaan metode pembelajaran yang relevan dalam startegi ini, diantaranya :
a.  Metode ceramah, merupakan penerangan secara lisan materi pembelajaran oleh pendidik ke peserta didik. Jadi ini sesuai dengan pengertian dan maksud dari strategi ekspositori, dimana strategi ini merupakan strategi ceramah atau satu arah.
b. Metode demonstrasi, merupakan penyajian materi pembelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan dengan lisan. Jadi pendidik memperagakan apa yang sedang dipelajari kepada peserta didiknya.
c. Metode sosiodrama, pada dasarnya mendramatisasi tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Jadi dalam pembelajaran pendidik memberikan penjelasan dengan mendramatisasikan tingkah laku untuk memberikan contoh.
     Penerapan SPE memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
a.    Kelebihan :
- Karena pendidik memiliki peran dominan dalam mentransfer materi, sehingga dapat mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran,
-  Dapat mengatasi ketidak seimbangan antara materi banyak/berlebih dengan waktu yang sedikit,
- Melalui SPE selain peserta didik dapat mendengar melalui penuturan terkait materi (metode ceramah), juga dapat melihat atau mengobservasi (metode demonstrasi), dan
-  Lebih dapat diterapkan pada kelompok belajar (kelas) mana saja dengan jumlah peserta didik sedikit ataupun banyak.
b.      Kekurangan :
- Strategi ini dapat berjalan dengan maksimal hanya jika peserta didik memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik, serta tidak begitu mentolelir perbedaan kemampunan (pengetahuan, minat, bakat, dsb) peserta didiknya,
-  Karena lebih berfokus pada peranan pendidik dalam pembelajaran, maka pengembangan kemampuan peserta didik (baik dalam sosialisasi, hubungan interpersonal, ataupun berfikir kritis) cenderung akan sulit,
- Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan pendidik (persiapan, pengetahuan, semangat antusiasme, motivasi, dsb), dan
-  Karena arah pembelajaran yang cenderung satu arah, menyebabkan terbatasnya kontrol pemahaman peserta didik, serta pengetahuan yang dimiliki peserta didik akan terbatas pada apa yang diberikan pendidik.

2.      Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)
Strategi ini dapat menjadi alternatif utama ketika ditemui situasi dimana materi pembelajaran tidak begitu banyak/sedikit dengan ketersediaan waktu banyak. Penerapan SPE peserta didik lebih mendominasi kegiatan pembelajaran sedangkan pendidik hanya sebagai fasilitator. Peserta didik akan mendapatkan pengalaman langsung dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga cenderung berkesan dan selalu diingat.
SPI merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir kritis dan analisis peserta didik dalam mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses ini dapat dilakukan dengan Tanya jawab antara pendidik dan peserta didik. Pembelajaran disini lebih berpusat pada peserta didik atau student center learning (SCL).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan ciri-ciri dari SPI, diantaranya :
a.    Berpusat pada peserta didik/student center learning (SCL),
b.   Bahan ajar berbentuk kesimpulan yang perlu dibuktikan,
c.    Kegiatan pembelajaran berangkat dari rasa ingin tahu peserta didik,
d. Peserta didik menjadi pusat/objek utama pelaksana pembelajaran, maka pembangunan intelektual peserta didik sangat ditekankan.
   Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam startegi ini, diantaranya :
a.    Metode diskusi, merupakan cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Jadi peserta didik melakukan diskusi secara aktif tentang suatu masalah yang tersedia.
b. Metode pemberian tugas, merupakan cara pembelajaran melalui penugasan untuk melakukan pekerjaan. Jadi peserta didik diberikan tugas untuk selanjutnya dikerjakan baik individu ataupun kelompok sesuai instruksi.
c.  Metode eksperimen, merupakan pembelajaran dimana peserta didik melakukan aktivitas percobaan dengan mangalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Jadi disini peserta didik dirangsang untuk melakukan kegiatan langsung berdasarkan pengalaman yang dialami.
d.   Metode Tanya jawab, merupakan cara pembelajaran dengan menyajikan materi/bahan ajar dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab (baik dari pendidik ke peserta didik, dari peserta didik ke guru, ataupun antar peserta didik). Jadi disini pelaksana pembelajaran (pendidik dan peserta didik) diberikan waktu untuk bertanya dan menjawab.
Penerapan SPI memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
a.    Kelebihan :
- Menekankan pada pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara seimbang;
- Pembelajaran ini akan lebih bermakna pada peserta didik karena melakukan dan merasakan sendiri pengalaman belajarnya;
-  Memberikan ruang gerak pada peserta didik untuk bebas berkreasi tetapi masih sesuai dengan koridor materi pembelajaran;
- Merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman; dan
- Peserta didik dengan kemampuan diatas rata-rata akan lebih dapat mengembangkan kemampuannya karena peserta didik bebas berkreativitas serta menggali kemampuannya sendiri tanpa harus menunggu peserta didik lainnya.
b.   Kekurangan :
-   Cenderung sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan peserta didik;
-   Lebih sulit dalam merencanakan jalannya kegiatan pembelajaran, karena terbentur pada tata cara pelaksanaan pembelajaran strategi ini yang mengutamakan iklim atau kebiasaan peserta didik dalam belajar;
- Tekadang pelaksanaannya memerlukan waktu lama, sehingga penyesuaian antara ketersediaan materi dengan waktu menjadi sulit; dan
- Akan sulit diterapkan, jika kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam menguasai materi pelajaran.

3.      Strategi Pembelajaran Kontekstual / Contekstual Teaching and Learning (CTL)
Strategi ini menjadi perlu dilakukan ketika materi pembelajaran dapat ditemukan di dunia nyata baik dalam kehidupan sehari-hari ataupun pekerjaan. Sehingga pengkaitan konsep antara teori dan praktis dimunkinkan untuk dilakukan. Pada strategi ini, pendidik maupun peserta didik dapat mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga adanya keseimbangan peran.
Merupakan strategi pembelajaran yang membantu pendidik mengkaitkan materi dengan dunia nyata, sehingga terciptanya kepaduan konsep antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan dapat diperoleh dari usaha peserta didik mengkontruksikan sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika mereka belajar. Komponen utama pembelajaran CTL yakni, konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning komunity), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenarnya (autentic assement).
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan ciri-ciri dari CTL, diantaranya :
a.    Kerja sama dan saling menunjang antara pendidik dan peserta didik,
b.   Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah atau problem,
c.    Bermuara pada keragaman konteks kehidupan peserta didik yang berbeda-beda;
d.   Pembelajaran menyenangkan, terintegrasi, dan menggunakan berbagai sumber;
e.    Murid kritis, guru kreatif.
Penerapan CTL memiliki kelebihan dan kekurangan, diantaranya :
a.    Kelebihan :
-  Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk dapat maju sesuai dengan potensi yang dimiliki, sehingga terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran;
- Peserta didik dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan pendidik dapat lebih kreatif;
-  Menyadarkan peserta didik tentang apa yang mereka pelajari;
-  Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan peserta didik tidak ditentukan oleh pendidik;
-  Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan; dan
-  Membantu peserta didik bekerja dengan efektif dalam kelompok sehingga terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.
b.   Kekurangan :
-  Dalam pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan peserta didik padahal tingkat kemampuan peserta didik berbeda sehinnga pendidik akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya tadi tidak sama;
-   Kurang efisien karena membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaannya;
- Dalam kegiatan pembelajaran CTL akan nampak jelas antara peserta didik berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan kurang, hal tersebut memungkinkan timbulnya rasa tidak percaya diri bagi peserta didik dengan kemampuan kurang, selain itu juga dimungkinkan bagi peserta didik yang tertinggal dalam proses pembelajaran akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan peserta didik tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi strategi ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan;
-  Kemampuan setiap peserta didik berbeda-beda, bagi mereka yang memiliki kemampuan intelektual tinggi namun sulit untuk mengapresiasikannya dalam bentuk lesan akan mengalami kesulitan sebab CTL ini lebih mengembangkan ketrampilan dan kemampuan soft skill daripada kemampuan intelektualnya; dan
-    Pengetahuan yang didapat oleh setiap peserta didik akan berbeda-beda dan tidak merata.

Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam. tetap semangat semuanya. jangan lupa tersenyum..
ADS 😉

Tidak ada komentar:

Posting Komentar